Senin, 13 Maret 2017

Perempuan Papua dan Noken: Sebuah Makna Simbolis


Noken atau yang dalam bahasa Indonesia disebut tas memiliki multi fungsi dalam kehidupan manusia. Benda ini merupakan salah satu karya budaya manusia yang tergolong dalam sistem pengetahuan dan teknologi. Noken sebagai bagian dari sistem peralatan dan perlengkapan hidup selalu dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Dalam kehidupan masyarakat tradisional pun telah memiliki pengetahuan   kerajinan membuat noken atau tas. Tiap suku bangsa di Indonesia memiliki noken atau tas yang dibuat sesuai dengan kearifan budaya yang dimilikinya sehingga noken atau tas tradisional memiliki  karakteristik berbeda  antar satu budaya dengan budaya lainnya.

Demikian halnya dalam budaya masyarakat suku di Papua, terdapat perbedaan bentuk noken antar satu wilayah budaya dengan wilayah budaya lainnya. Perbedaannya hanya diketahui oleh orang Papua sendiri. Di Papua terdapat lima wilayah Budaya yakni :(1) wilayah budaya Tabi     ( Dofonsoro) yang  meliputi wilayah Mamberamo, Sarmi, Enggros, Tobati, Kayu Pulo, Nafri,  Sentani, Genyem, dan suku - suku di wilayah perbatasan RI- PNG; (2) Wilayah Budaya Saireri meliputi Biak, Yapen- Waropen, Moor-Napan, dan Wamesa; (3) Wilayah Budaya Kepala Burung terbagi menjadi 2 (dua) yakni: Domberai, meliputi Manokwari, Sorong, Sorong Selatan dan Meybrat;  Wilayah Budaya Bomberay meliputi Fak-fak, Kaimana dan Tel. Bintuni.; (4) Wilayah Budaya Pegunungan tengah, yang terbagi menjadi 2 (dua) yakni, Mee Paqo( Paniai) dan Lani Paqo(Suku - suku di Lembah Baliem(Wamena dan sekitarnya) dan (5) Wilayah Budaya Ha Anim ( Merauke, Komoro dan Asmat).

Setiap suku pada wilayah budaya tersebut memiliki kearifan lokal tentang metode dan teknik pembuatan  noken. seperti jenis dan bentuk noken, warna noken dan teknik merajut serta motif atau gambar dan bahan baku pembuatannya. Semua perbedaan ini terjadi juga disebabkan oleh sistem pengetahuan dan teknologi serta variasi lingkungan ekologi dan ekosistem.

Menurut Walker di Papua terdapat 4 (empat) zona ekologi dan ekosistem, yakni (1) Zona ekologi dan ekosistem pegunungan tinggi; (2) Zona ekologi dan ekosistem pegunungan kaki - kaki gunung serta lembah- lembah kecil: (3) Zona ekologi dan ekosistem rawa dan sungai dan  (4) zona ekologi pantai. Variasi lingkungan ini memengaruhi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sebuah noken. Dalam setiap pembuatan noken menggunakan tumbuh - tumbuhan yang terdapat pada alam sekitar tempat tinggalnya,  sehingga tampak dengan jelas perbedaan karakteristik noken antar wilayah ekologi.  

Gambar  noken dari wilayah Pegunungan Tengah.

Image result for Noken Papua foto

Noken selain memiliki multi fungsi, seperti menjadi wadah menaruh berbagai jenis barang, hasil produksi pertanian, peralatan sekolah, benda - benda budaya dan sebagai wadah untuk menggendong anak balita. Noken juga memiliki arti simbolis. Noken memiliki hubungan simbolis yang erat dengan seorang perempuan karena umumnya pengrajin noken adalah kaum hawa. 

Magna simbolis noken tampak jelas dalam beberapa budaya di Papua, misalnya pada wilayah Pegunungan Tengah, simbol kedewasaan seorang gadis untuk dapat memasuki jenjang perkawinan ditandai dengan kemampuannya dalam membuat noken. Penggunaan noken pada pakaian tradisional juga memiliki simbol yang menandai perbedaan antara perempuan yang masih gadis atau belum menikah dengan perempuan yang telah menikah. Seorang gadis menggunakan noken dengan bentuk panjang dan lebar untuk menutup tubuhnya, sedang perempuan yang telah menikah menggunakan noken yang lebih pendek untuk menutupi bagian tubuhnya.

 Begitu pula halnya dalam kebudayaan orang Meybrat di Wilayah Budaya Kepala Burung Papua (Domberai}.  Noken memiliki relasi simbolis dengan seorang perempuan. Orang Meybrat menyebut noken dengan Yu. Dalam Budaya Meybrat perempuan diasosiasikan dengan noken. Perempuan adalah noken bagi keluarganya. Perempuan memilikul tanggung jawab sebagai ibu bagi anak - anaknya dan juga penyokong ekonomi rumah tangga. Ibarat noken dalam fungsi sebagai perlengkapan produksi, perempuan pun mengambil peran yang sama. Sehingga dapat kita jumpai pada beberapa pasar tradisional di Papua terdapat perempuan - perempuan asal Meybrat yang menjadi pedagang sayuran dan buah demi menyokong ekonomi keluarga. 
  
Gambar noken dari wilayah budaya kepala Burung (noken Meybrat)

Image result for gambar noken Maybrat

Selain itu perempuan (noken) memiliki fungsi reproduksi, seorang perempuan harus melahirkan keturunan baru untuk kerabat suaminya, jika perempuan tidak dapat melahirkan anak untuk suami dan kerabatnya, maka suaminya  boleh menikah lagi dengan wanita lain. Seperti sebuah noken yang selalu terisi dengan makanan yang memberikan kekuatan bagi tubuh manusia dan kelangsungan hidupnya, Begitulah peran perempuan ibarat noken yang memiliki multi fungsi bagi kehidupan pemiliknya. Tradisi ini tampak jelas dalam tradisi perkawinan orang Meybrat yakni tradisi perkawinan ganti noken. Tradisi ini dimana memperbolehkan seorang laki - laki mengambil janda saudara laki-lakinya untuk diperisteri atau disebut Yu Masir. 

Dalam budaya noken ini terdapat nilai - nilai kearifan dan pesan moral yang penting bagi setiap perempuan, dimana perempuan dapat menempatkan peran sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai perempuan berkarir. Sebagai seorang perempuan dan ibu yang bijaksana hendaklah mampu menjalankan kedua peran tersebut dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Natal Momen Paling Bahagia Bagi Orang Papua . By.. Monica Nauw

 Natal atau kehiran Yesus adalah momen bahagia bagi semua umat Kristen di dunia dan khusus umat Kristen di Papua.  Pulau Papua yang merupaka...